Berlin - Piala Dunia 2022 di
Qatar harus dilaksanakan pada musim dingin untuk melindungi para pemain
dan suporter dari sengatan udara panas. Begitu sekali lagi ditegaskan
oleh Presiden UEFA Michel Platini.
Kontroversi terkait waktu
gelaran Piala Dunia 2022 masih saja berlangsung. Seperti lazimnya
gelaran Piala Dunia, ajang itu rencananya akan dilaksanakan pada musim
panas.
Akan tetapi, suhu pada musim panas di Qatar disebutkan
dapat mencapai angka 40 derajat Celsius. Kendatipun Qatar berencana
menyiasatinya dengan sejumlah hal, seperti stadion berpendingin udara,
kerisauan tetap timbul.
Sebagian kalangan pun meminta agar Piala
Dunia 2022 di Qatar nanti dilaksanakan pada musim dingin saja, ketika
suhu jauh lebih sejuk dan berkisar pada angka 17 derajat Celsius.
Platini,
yang ikut memilih Qatar untuk menggelar Piala Dunia 2022, menjadi salah
satu pihak yang sekali lagi mewanti-wanti agar gelaran tersebut dihelat
pada musim dingin saja.
"Saya memilih Qatar dengan dua syarat.
Karena suhu, Piala Dunia akan perlu digelar di musim dingin. Dengan suhu
40 derajat, bermain sepakbola jadi tidak memungkinkan dan para suporter
pun akan sulit menahannya (panas)," kata Platini kepada Bild yang dikutip Reuters.
"Juga para negara tetangga harus diikutsertakan sehingga Piala Dunia bisa dilakukan di seluruh wilayah," sambungnya.
Wacana
Piala Dunia 2022 pada musim dingin pun bukannya tidak menimbulkan
masalah. Pihak yang kontra berargumen bahwa hal itu justru akan
mengganggu kompetisi yang umumnya sedang berjalan dan mustahil ditunda
di pertengahan.
Sementara proses penunjukan Qatar menjadi tuan
rumah Piala Dunia 2022, alih-alih AS dan Australia, plus penunjukan
Piala Dunia 2018 di Rusia, juga banyak menerima kritikan terkait dengan
adanya dugaan korupsi di tubuh FIFA.
Artikel Terkait: